Razali, mahasiswa S3 Program Studi Sains Veteriner, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), berhasil menemukan cara untuk membedakan daging ayam segar dan bangkai.
Dalam laporan riset berjudul "Penggunaan Metode Biologi dan Nilai Impedansi untuk Deteksi Daging Ayam Bangkai" yang dipublikasikan di Kampus IPB Darmaga, Jumat, ia menyatakan bahwa penelitiannya itu didasarkan pada keprihatinan atas peredaran ayam bangkai atau ayam "tiren" (mati kemaren), yang meresahkan masyarakat.
Penelitian yang berlangsung dari bulan Agustus 2005 sampai dengan Agustus 2006 ini dibawah komisi pembimbing, Dr dr Denny Widaya Lukman, Msi, drh Srihadi Agungpriyono, PhD dan Prof Dr drh Mirnawati B Sudarwanto.
Pada penelitian yang juga untuk disertasi doktor itu, Razali mengemukakan bahwa hingga kini belum ada metode mudah dan praktis untuk mendeteksi daging ayam bangkai.
Menurut dia, analisis nitrogen nonprotein (NPN) merupakan salah satu cara yang telah lama dilakukan, terutama untuk mencari lamanya waktu kematian. Pendekatan ini juga dilakukan pada mayat di rumah sakit untuk tujuan otopsi.
Sayangnya, metode NPN memerlukan biaya tinggi, waktu relatif lama dan laboratorium memadai. "Sejauh ini penilaian NPN pada otot ayam yang segar belum pernah dilakukan untuk membedakan antara daging ayam dari bangkai dan ayam potong segar," katanya.
Kesulitan dalam mendekteksi daging ayam bangkai itulah yang kemudian melahirkan gagasan baru untuk mengembangkan suatu metode dengan mengaplikasikan nilai impedansi, yang dilakukan Razali.
Ia menjelaskan, metode tersebut didefinisikan sebagai suatu hambatan terhadap aliran arus listrik yang mengalir ketika aliran listrik tersebut melewati suatu material penghantar.
"Penggunaan nilai impedansi telah lama dipakai sebagai suatu cara untuk menduga ketebalan lemak, menilai kondisi fisiologis hewan, keutuhan struktur membran dan menilai efektivitas pemingsanan listrik melalui gambaran impedansi otak pada broiler," katanya.
Menurut dia, tujuan penelitian yang dilakukannya itu adalah untuk membuktikan apakah parameter histologis, keempukan daging, warna daging, nilai nitrogen nonprotein dapat dijadikan sebagai indikator untuk mendeteksi daging yang berasal dari ayam bangkai.
Akhirnya, hasil penelitian itu menunjukkan bahwa tidak semua metode biologis yang diuji dapat dijadikan indikator pembeda antara daging ayam bangkai dan bukan. Yang dapat dijadikan indikator pembeda antara lain persentase degenerasi dan nekrosa, jarak antar serabut otot, gambaran pembuluh darah arteri dan vena tingkat eksudasi jaringan.
Selain itu, juga nilai keempukan, nilai kecerahan dan kemerahan daging.
"Nilai impedansi setelah diuji, ternyata bisa digunakan sebagai indikator pembeda antara daging dari ayam bangkai dan bukan. Sedangkan NPN dan diameter serabut otot tidak dapat dijadikan indikator," kata Razali yang akhirnya dinyatakan lulus sebagai doktor baru di lingkungan IPB. [TMA, Ant]
sumber: gatra