Wednesday, November 15, 2006

Fakta-fakta seputar proklamasi Indonesia, 17 Agustus

- Revolusi dari kamar tidur. Bung Karno baru bangun
pukul 09.00 setelah sebelumnya terkena serangan
malaria di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56,
Cikini. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah
begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep
naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda.

-
Tanpa protokol. Tak ada korps musik, tak ada
konduktor dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun
dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam
hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah,
kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sakral
yang dinanti-nantikan selama lebih dari tiga ratus
tahun!

-
Seprei dan Tukang Soto. Bendera Merah Putih terbuat
dari kain sprei dan kain tukang soto!

-
Perintah Presiden pertama panggil tukang sate!
Perintah pertama Presiden Soekarno saat dipilih
sebagai presiden pertama RI, bukanlah membentuk sebuah
kabinet atau menandatangani sebuah dekret, melainkan
memanggil tukang sate! Itu dilakukannya dalam
perjalanan pulang, setelah terpilih secara aklamasi
sebagai presiden. Kebetulan di jalan bertemu seorang
tukang sate bertelanjang dada dan nyeker (tidak
memakai alas kaki). "Sate ayam lima puluh tusuk!",
perintah Presiden Soekarno. Disantapnya sate dengan
lahap dekat sebuah selokan yang kotor. Dan itulah,
perintah pertama pada rakyatnya sekaligus pesta
pertama atas pengangkatannya sebagai pemimpin dari 70
juta jiwa lebih rakyat dari sebuah negara besar yang
baru berusia satu hari.

-
Teks Proklamasi di Keranjang Sampah. Naskah asli
teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis
tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta,
ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh
Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru
disimpan dengan baik oleh wartawan B. M. Diah. Diah
menemukan draft proklamasi itu di keranjang sampah di
rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari,
setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik. Pada 29
Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada
Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46
tahun 9 bulan 19 hari.

-
Proklamator di balik layar. Kalau saja usul Bung
Hatta diterima, tentu Indonesia punya "lebih dari dua"
proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah
Laksamana Maeda, Jl. Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung
Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat din hari
itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan
dibacakan pagi harinya. Tetapi usul ditolak oleh
Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu
dihadiri Soekarno, Hatta dan calon proklamator yang
gagal: Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik.
"Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau",
gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.

-
Dokumentasi Proklamasi selamat berkat bohong.
Peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat
didokumentasikan dan disaksikan oleh kita karena satu
kebohongan. Saat tentara Jepang ingin merampas negatif
foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut,
Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik
proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak
punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan
Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban
itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu
ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian
Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk
dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati
sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap
jujur pada Jepang?

-
Hari kelahiran dan kematian. Bila 17 Agustus menjadi
tanggal kelahiran Indonesia, justru tanggal tersebut
menjadi tanggal kematian bagi pencetus pilar
Indonesia. Pada tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan
"Indonesia Raya", WR Soepratman (wafat 1937) dan
pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner van
der Tuuk (wafat 1894) meninggal dunia.

-
Tidak ada jalan Sekarno Hatta di Jakarta. Jakarta,
tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan
kota tempat Bung Karno dan Bung Hatta berjuang, tidak
memberi imbalan yang cukup untuk mengenang
co-proklamator Indonesia. Sampai detik ini, tidak ada
"Jalan Soekarno-Hatta" di ibu kota Jakarta. Bahkan,
nama mereka tidak pernah diabadikan untuk sebuah objek
bangunan fasilitas umum apa pun sampai 1985, ketika
sebuah bandara diresmikan dengan memakai nama mereka.

-
Gelar Resmi Proklamator baru 1986. Gelar Proklamator
untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan
yang diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41
tahun! Sebab, baru 1986 Permerintah memberikan gelar
proklamator secara resmi kepada mereka.

-
Mentri asli Indonesia. Baru setelah merdeka 43 tahun
Indonesia punya mentri yang 100% Indonesia asli.
Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17
Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga
Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab
negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat
itu. "Orang Indonesia asli" pertama yang menjadi
menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga,
Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri
Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan V
(1988-1993).

Fakta seputar proklamasi oleh Iwan Satyanegara, bersumber dari dan lebih lengkap di:
http://yulian. firdaus.or. id/2003/08/ 12/fakta- seputar-proklama si/

1 comment:

Anonymous said...

Terima kasih ya, artikel saya dimuat dalam blog ini. Meski sudah 11 tahun ternyata masih anget.

Merdeka.